Hantu Bencong
Hantu Bencong
Karya Rizki
Tepat pada malam Jumat Kliwon, Lana berjalan sendirian menyusuri
jalan yang terkenal angker oleh penduduk sekitar. Bulu kuduk Lana lama-lama
mulai berdiri dari tempatnya. Membayangkan jika tiba-tiba ada sosok yang tidak
diundang menampakkan diri, membuat Lana bergidik ngeri.
“Sial. Mana gue sendirian lagi,” umpatnya di dalam hati.
Lana tetap berjalan menyusuri jalanan itu. Matanya memicing begitu
melihat bayangan sosok makhluk yang mungkin manusia. Lana mengembuskan nafas
leganya. Suasana yang tadi sempat mencekam kini berangsur hilang.
Lana berjalan agak cepat mendekati sosok itu. Tepat disamping sosok
itu, Lana menepuk pundaknya. Sosok itu tak lama kemudian menoleh ke arah Lana.
Lana terkejut, tubuhnya kaku begitu melihat sosok itu. Mulutnya
seolah terkunci, yang ada hanyalah Lana diam terpaku.
“Se- se- setan ...,” cicitnya kemudian kabur dari sana dengan
kecepatan yang ia bisa. Mimpi buruk bagi Lana. Bahkan ini lebih buruk dari
sebelumnya.
Sosok yang baru ditemui Lana adalah sosok hantu bencong. Astaga itu
jauh lebih mengerikan dari hantu lainnya. Kenapa dirinya harus bertemu dengan
sosok hantu bencong. Mengapa bukan hantu yang lainnya? Bukan, bukan karena Lana
ingin melihat hantu yang lainnya. Tetapi ... ah sudahlah lupakan itu.
Bayangkan saja, hantu itu berdandan seperti bencong lainnya.
Dandanannya menor, pakaiannya sangat norak. Hantu itu memakai rok mini, dan
tanktop berwarna pink. Rambutnya keriting berwarna cokelat. Rambut itu Lana
yakini adalah rambut palsu terlihat dari rambut yang sangat berantakan. Dan
yang membuat Lana bergidik ngeri adalah wajah itu sangat pucat bahkan ada luka
dibagian wajahnya.
“Tungguin eke, cyin,” suara dari belakang. Lana menengok
kebelakang, betapa terkejutnya Lana begitu melihatnya. Hantu bencong itu mengikutinya
dengan berlari dibelakang Lana. Lana semakin mempercepat larinya. Sial kenapa
dirinya bisa sesial ini.
Nafas Lana mulai terengah-engah. Lana sudah berlari sejauh mugkin,
namun hantu itu justru sekarang tepat dibelakangnya.
“Eh cyin, kenapa ninggalin eke. Eke kan takut,” ujarnya dengan
logat bencongnya. Lana tidak menggubrisnya dan tetap berlari.
“Cyin udahan larinya, eke capek tau. Eke mulai kehabisan nafas,”
ujarnya dengan nafas terngah-engah. Bodo amat, ketus Lana didalam hatinya.
Lana berhenti sejenak, mengatur nafasnya. Deru nafasnya tak
beraturan akibat berlari sedari tadi. Hantu bencong itu pun berhenti tepat
disamping Lana dengan nafas yang sama-sama terengah.
Lana mengerutkan kening bingung, itu hantu tetapi kenapa nafasnya
terengah. Bukankah hantu tidak bernafas? Dan bukankah hantu bisa terbang dan
menghilang. Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul dibenaknya.
“Lo ngapain sih ngikutin gue lari? Lo ngefans sama gue?” tanya Lana
dengan kesal.
Bencong itu menatap Lana dengan wajah pucatnya. Tubuh Lana mulai
gemetaran saat menatap wajah hantu tersebut.
“Eke kan cuma ngikutin kamu aja, Cyin. Lagian kamu kenapa lari sih,
Cyin?” tanyanya.
“Gue takut bego. Lo kan setan,” ujar Lana ketus. Hantu tersebut
tiba-tiba tertawa, membuat bulu kuduk Lana meremang. Sial. Suara tertawanya
sungguh mengerikan.
Suara tawanya perlahan mulai berhenti. “Oh ya, kok eke lupa ya.
Kalo eke itu hantu. Ngapain juga eke ngikutin kamu lari, kan eke bisa terbang,”
ujarnya dengan bego.
Lana mendengus mendengar penuturan hantu disampingnya itu. Dasar
hantu bencong bego, rutuknya dalam hati. Lana heran, kenapa ada hantu sebego
hantu bencong disampingnya ini.
“Ya udah ya cyin, eke mau pulang dulu. Bye cyin,” ucapnya sebelum
pergi. Hantu itu menghilang secepat kilat. Lana mengembuskan nafas leganya.
Berharap semoga dirinya tidak bertemu lagi dengan hantu lagi, entah itu hantu
bencong atau kawan-kawannya.
"Dasar hantu bencong," umpatnya dalam hati.
Lana kembali berjalan menyusuri jalanan, rumahnya sudah hampir
dekat. Jika saja dirinya tidak di ganggu hantu bencong itu, mungkin Lana sudah
sampai di rumahnya sedari tadi.
Komentar
Posting Komentar